Rabu, 10 September 2014

MAKALAH BRAINSTORMING

BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
Keterlibatan siswa dalam dalam kegiatan pembelajaran memberi makna bahwa kegiatan pembelajaran dilakukan bersama dalam suasana kelompok belajar, dan rasa kebersamaan yang tumbuh diantara anggota kelompok memungkinkan siswa untuk mengerti dan memahami pelajaran dengan lebih baik, sehingga siswa sharring dalam belajar untuk menguasai bahan belajar melalui pertukaran pikiran dan pengalaman diantara mereka. Pembelajaran partisipasi merupakan salah salah satu upaya pendidik untuk mengikutsertakan siswa dalam kegiatan pembelajaran (Sudjana, 2000:176).
Berdasarkan pernyataan diatas, siswa sebagai peserta didik adalah suatu organisme yang hidup dan sedang berkembang. Dalam diri masing-masing siswa tersebut terdapat prinsip aktif yakni berperan serta dan berbuat sendiri. Untuk mencapai keterlibatan siswa dalam kegiatan pembelajaran ini, dalam penerapan pembelajaran mensyaratkan tersedianya berbagai metode dan metode pembelajaran yang cocok dan sesuai. Hal ini terjadi karena metode-metode pembelajaran yang dipilih disesuaikan dengan metode pembelajaran, cocok dengan langkah-langkah dalam pembelajaran dapat menumbuhkan keikutsertaan siswa dalam kegiatan pembelajaran guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Knowles (dalam Sudjana, 2001:2) mengungkapkan bahwa metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran partisipatif dapat digolongkan ke dalam tiga kategori, diantaranya adalah metode pembelajaran perorangan (individual methods), metode pembelajaran kelompok (group methods), dan metode pembelajaran massal (community methods), dan metode brainstorming merupakan salah satu contoh  metode dalam  pembelajaran partisipasif.
Penelitian pun telah banyak dilaksanakan secara acak ke beberapa anak di usia SD kelas 5 sampai dengan SMP kelas 3. Ternyata hasilnya sangat menarik dari penerapan metode brainstorming. Bahwa anak-anak mampu  memahami pola penjabaran ilmu-ilmu yang dipelajari di sekolah dengan  menggunakan metode brainstorming yang dilakukan dalam proses pembelajarannya.
1.2  Rumusan Masalah
1.    Pengertian Metode Brainstorming
a. Tugas Guru dan Siswa Dalam Metode Brainstorming
b. Langkah-langkah Penggunaan Metode Brainstorming
2.  Kelebihan dan Kekurangan Metode Brainstorming Dalam Proses Pembelajaran
3. Kelebihan dan Kekurangan Metode Brainstorming Dalam Pembelajaran Sejarah.
1.1  Tujuan
1.    Untuk mengetahui pengertian, tugas guru dan siswa serta langkah-langkah metode Brainstorming.
2.    Untuk mengetahui Penggunaan Metode Brainstorming Dalam Pembelajaran Sejarah
3.    Untuk Mengetahui Kelebihan dan Kekurangan Metode Brainstorming Dalam Pembelajaran Sejarah.









BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Metode Brainstorming
Brainstorming adalah suatu strategi atau metode pemecahan masalah kreatif yang diluncurkan oleh Alex F. Osborn pada tahun 1953. Metode yang menitikberatkan pada pengungkapan pendapat ini bermula dengan keinginan Osborn untuk mendorong karyawannya supaya dapat berpikir kreatif mencari solusi dari permasalahan yang ada pada perusahaannya dengan cara berdiskusi dimana setiap karyawannya bebas mengungkapkan pendapat. Pada waktu itu, setelah iklan dari agen periklanan yang dipimpin Osborn dapat disukseskan, ia berencana untuk menciptakan iklan baru yang lebih nyata. Dalam memutuskan strategi, ia memilih cara yang berbeda dengan meminta semua karyawannya untuk menyampaikan gagasannya yang dimiliki oleh mereka untuk kemudian didiskusikan hingga didapatkan keputusan yang terbaik. Osborn menampung semua gagasan dan mendiskusikannya dengan menggunakan metode brainstorming. Lebih lanjut, gagasan ini memiliki dasar bahwa pendapat yang ada dikumpulkan tanpa mempedulikan pendapat tersebut muncul dari siapa yang mengeluarkan pendapat (Dahlan, 2006:11).
Keberadaan anggota dalam mengungkapkan untuk menyatakan buah pikirannya sangatlah jelas diperlukan dalam pelaksanaan branstorming. Dalam kenyataannya, ide yang muncul mengenai penggunaan metode branstorming sangat afektif untuk mendapatkan suatu gagasan yang baik dalam mengatasi permasalahan secara kreatif. Pemikiran-pemikiran dan gagasan yang dimiliki oleh setiap anggotanya mampu mendorong mengatasi permasalahan yang dihadapi secara kreatif. Metode ini dapat digunakan pada dunia bisnis maupun keuangan, kemudian berkembang seiring dengan banyaknya inovasi di dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan juga dalam bidang pendidikan yang memerlukan pertukaran di gagasan di dalamnya. Dalam perkembangannya metode brainstorming ini kemudian dikenal juga dengan metode curah pendapat. “Curah pendapat adalah metode pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok yang peserta didiknya memiliki latar belakang dan pengetahuan yang berbeda-beda” (Sudjana, 2001:86). Kegiatan ini dilakukan untuk menghimpun gagasan atau pendapat dalam rangka menentukan dan memilih berbagai pernyataan sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan belajar, sumber-sumber, hambatan dan lain sebagainya. Setiap siswa diberi kesempatan secara bergiliran untuk menyampaikan pernyataan tentang pendapat atau gagasannya.
Namun menurut Roestiyah dibukunya Strategi Belajar Mengajar bahwa Metode Brainstorming adalah suatu metode atau mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Ialah dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai satiu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat (Roestiyah 2001: 73).
Sejalan dengan Roestiyah, Hatimah (2003:32) menyebutkan bahwa “curah pendapat atau branstorming merupakan suatu cara untuk menghimpun gagasan atau pendapat dari setiap warga belajar tentang suatu permasalahan. Metode branstorming mendorong siswa untuk mengembangkan dan menemukan sebanyak mungkin gagasan untuk memecahkan masalah. Kemudian pada tahap berikutnya dinilai gagasan mana yang paling mungkin untuk dilaksanakan. Ada 4 aturan dasar yang harus diperhatikan dalam proses pengungkapan pendapat, yaitu:
1.      Kritik dan penilaian yang merugikan pemunculan gagasan untuk sementara ditunda (deferred-judgement). Aturan ini sebenarnya menyiratkan bahwa kritikan dapat membuat orang lain spontan dalam berfikir, tetapi jika kritikan yang ada ternyata dapat menimbulkan seseorang menjadi kurang percaya diri sebaiknya kritikan dihindari saja.
2.      Sambut gagasan yang kelihatan liar dan bebas. Aturan ini menyatakan bahwa kita harus menyambut gagasan, terutama yang terasa berbeda atau bahkan hampir mendekat solusi.
3.      Semakin banyak gagasan semakin bagus dan semakin besar kemungkinan didapatkannya gagasan yang baik. Aturan ini menyiratkan bahwa kuantitas dari gagasan juga diperlukan.
4.      Lakukan kombinasi dan perbaikan gagasan para siswa hingga menjadi gagasan yang terbaik. (Dahlan, 2006:12).
Berdasarkan pernyataan diatas, jelaslah bahwa keikutsertaan siswa dalam berpendapat dan berdiskusi dengan kelompoknya untuk menghasilkan solusi yang baik dapat mengembangkan potensi dan keberanian siswa, karena mereka memiliki latar belakang yang berbeda dan potensi yang dimilikinya pun berbeda. Setiap siswa memiliki potensi yang tinggi asalkan mereka berani menuangkan seluruh ide dan gagasan yang dimilikinya. Pengetahuan siswa pun akan menjadi lebih berkembang. Dalam metode brainstorming, guru harus dapat menampung dan mengkombinasikan gagasan-gagasan yang ada sehingga tercipta gagasan yang benar. Hal ini tentu akan memuat pemahaman siswa terhadap pembelajaran sejarah yang lebih utuh dan integratif.
2.1.1 Tugas Guru dan Siswa Dalam Metode Brainstorming
Sebagai salah satu metode pembelajaran yang melibatkan siswa aktif dalam pelaksanaan brainstorming diperluakan suatu fasilitator untuk memulai, melaksanakan kegiatan dan mendorong keikutsertaan semua anggota yang ada selama kegiatan berlangsung. Surjadi yang dikutip oleh Tuti Indrayani (2005:15) mengemukakan tugas-tugas yang harus dilakukan oleh guru dalam metode brainstorming untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Tugas guru tersebut diantaranya sebagai berikut:
1.      Mengemukakan masalah atau materi kepada kelompok.
2.      Menunjuk seorang penulis yang mencatat cara yang diajukan anggota kelompok.
3.      Menerapakan peraturn pokok bagi para anggota seperti mengemukakan pemecahan dengan cepat, mengemukakan gagasan yang terlintas dalam pikiran menghindari mengevaluasi orang lain.
4.      Menentukan berapa lama kegiatan pengungkapan pendapat berlangsung
5.      Meminta saran penelaah.
Berdasarkan penjelasan diatas, dalam pelaksanaan metode ini tugas guru adalah memberikan masalah yang mampu merangsang pikiran siswa, sehingga mereka bisa menanggapi, dan guru tidak boleh mengomantari bahwa pendapat siswa itu benar atau salah. Disamping itu, pendapat yang dikemukakan tidak perlu langsung disimpulkan, guru hanya menampung semua pernyataan pendapat siswa, sehingga semua siswa didalam kelas mendapatkan giliran. Selama pengungkapan pendapat tidak perlu komentar atau evaluasi secara langsung.
Sedangkan peran siswa dalam metode brainstorming ini adalah bertugas memiliki bekal pengetahuan untuk menanggapi masalah, mengemukakan pendapat, bertanya, atau mengemukakan masalah baru melalui proses imajinasi yang dimilikinya. Mereka belajar dan melatih merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik, sehingga mereka bisa memperoleh suatu kesimpulan yang tepat setelah pembelajaran. Siswa yang kurang aktif perlu dipancing dengan pertanyaan dari guru agar turut berpartisipasi aktif, dan berani mengemukakan pendapatnya.
Nakamura dalam Dahlan (2006:13) menggambarkan proses imajinasi siswa dalam metode brainstorming hingga didapatkan gagasan atau kesimpulan yang benar adalah sebagai berikut:
Gambar Proses Imajinasi Brainstorming
 




Pada gambar diatas, tampak bahwa pemahaman siswa diibaratkan sebagai gambar imajinasi yang belum terdefinisi atau belum memiliki kejelasan yang utuh ketika sebuah masalah atau situasi diberikan. Akan tetapi, seiring berjalannya proses brainstorming, gambar tersebut terbentuk dengan sendirinya menjadi gambar yang terdefinisi. Hal ini memeberi arti bahwa pemahaman siswa akan terbentuk dan menjadi utuh serta integrative ketika diberikan proses brainstorming.
2.1.2 Langkah-langkah Penggunaan Metode Brainstorming
Langkah-langkah dari kegiatan belajar mengajar yang menggunakan metode brainstorming adalah sebagai berikut:
1.      pendidik menyusun pertanyaan-pertanyaan tentang kebutuhan belajar, sumber-sumber dan kemungkinan-kemungkinan hambatan pembelajaran. Sebagai contoh adalah sebagai
a.    Untuk peningkatan kemampuan melaksanakan tugas, pekerjaan,
atau kegiatan peserta didik, menurut pendapat anda pengetahuan, n sikap, dan keterampilan apakah yang ingin dipelajarai peserta didik.
b.    Untuk menyelenggarakan kegiatan belajar agar kebutuhan belajar itu dapat tercapai, sumber-sumber belajar apa saja yang dapat digunakan.
c.    Dalam melakukan kegiatan belajar itu hambatan apakah yang mungkin timbul.
2.    Pendidik menyampaikan pertanyaan-pertanyaan 1a, 1b dan 1c secara berurutan kepada seluruh peserta didik dalam kelompok. Sebelum menjawab pertanyaan, peserta didik diberi waktu sekitar 3 menit untuk memikirkan mengenai alternatif jawaban.
3.  Pendidik menjelaskan aturan-aturan yang harus diperhatikan oleh peserta didik, seperti: setiap orang menyampaikan satu pendapat atau gagasan dengan cepat, menyampaikan jawaban secara langsung dan menghindarkan diri untuk mengkritik, menyela pendapat orang lain.
4.  Pendidik memberitahukan waktu yang akan digunakan, misalnya sekitar 15 menit, yaitu untuk menyampaikan masing-masing pertanyaan dan meminta peserta didik mengajukan pendapat yang telintas dalam pikirannya dan dilakukan secara bergiliran dan berurutan dari samping kiri ke samping kanan atau sebaliknya, atau dari baris depan ke belakang atau sebaliknya.
5. Pendidik boleh menunjuk seorang penulis untuk mencatat pendapat dan jawaban yang diajukan peserta didik dan dapat pula menunjuk sebuah tim untuk mengevaluasi bagaimana proses dan hasil penggunaan metode ini. Serta pendidik dapat memimpin kelompok agar kelompok itu dapat mengevaluasi jawaban dan pendapat yang terkumpul. Pendidik menghindarkan dominasi seorang peserta menyampaikan gagasan dan pendapat (Sudjana: 2001:87).
Berdasarkan dari langkah-langkah diatas, maka melalui metode pembelajaran Brainstorming aktifitas siswa tidak hanya duduk dengan tenang dan mendengarkan penjelasan guru, atau menyibukkan diri dengan hal-hal yang tidak berhubungan dengan kegiatan pembelajaran. Siswa secara berkelompok mendiskusikan permasalahan yang telah diberikan pada awal pertemuan kemudian pendapat-pendapat atau ide yang dihasilkan ditulis tanpa mempedulikan pendapat-pendapat itu benar atau salah karena selain mendiskusikan dalam kelompok tahap selanjutnya mendiskusikannya dengan kelompok lainnya dalam sesi pengumpulan gagasan dan kesimpulan.
2.2    Kelebihan dan Kekurangan Metode Brainstorming Dalam Proses Pembelajaran
o  Kelebihan Metode Brainstorming
Metode Brainstorming memiliki banyak kelebihan. Beberapa ahli seperti Sudjana (2001:88) mengungkapkan kelebihan dari metode brainstorming sebagai berikut:
a.    Merangsang semua peserta didik untuk mengemukakan pendapat dan gagasan,
b.    Menghasilkan jawaban atau atau pendapat melalui reaksi berantai,
c.    Penggunaan waktu dapat dikontrol dan metode ini dapat digunakan dalam kelompok besar atau kecil,
d.   Tidak memerlukan banyak alat atau tenaga professional.
Senada dengan Sudjana, Subana yang dikutip oleh Tuti Indrayani (2005:13) mengungkapkan banyak sekali kelebihan dari metode Brainstorming. Diantaranya sebagai berikut:
a.    Mendorong siswa untuk aktif berfikir cepat dan tersusun logis,
b.    Mendorong siswa untuk menyatakan pendapatnya dan merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan dengan masalah yang diberikan oleh guru,
c.    Terjadi persaingan yang sehat,
d.   Suasana demokratis dan disiplin dapat ditumbuhkan.
Roestiyah (1985:74) mengungkapkan beberapa kelebihan metode Brainstorming lainnya, yaitu sebagai berikut:
a.    Anak-anak aktif berfikir untuk menyatakan pendapat,
b.    Melatih siswa bepikir dengan cepat dan tersusun logis,
c.    Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran,
d.   Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannnya yang pandai atau dari guru,
e.    Terjadi persaingan yang sehat,
f.     Anak merasa bebas dan gembira,
g.    Suasana demokrasi dan disiplin dapat ditumbuhkan.
o  Kelemahan Metode Brainstorming
Selain memiliki banyak kelebihan, metode Brainstorming juga memiliki kelemahan. Berikut kelemahan-kelemahan metode Brainstorming yang dikemukakan oleh (Sudjana, 2001:88) adalah sebagai berikut:
a.    Peserta didik yang kurang perhatian dan kurang berani mengemukakan pendapat akan merasa terpaksa untuk menyampaikan buah pikirannya.
b.    Jawaban mudah cenderung mudah terlepas dari pendapat yang berantai.
c.    Peserta didik cenderung beranggapan bahwa semua pendapatnya diterima,
d.   Memerlukan evalusi lanjutan untuk menentukan prioritas pendapat yang disampaikan,
e.    Anak yang kurang selalu ketinggalan,
f.     Kadang-kadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh anak yang pandai saja.
Sedangkan menurut (Roestiyah, 2001:74-75) kekurangan metode Brainstorming adalah sebagai berikut:
a.    Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir dengan baik,
b.    Anak yang kurang pandai selalu ketinggalan,
c.    Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan kesimpulan,
d.   Tidak menjamin hasil pemecahan masalah,
e.    Masalah bisa berkembang ke arah yang tidak diharapkan.
Satu hal yang wajar jika dalam pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan metode tertentu terdapat kelebihan dan kelemahan didalamnya. Metode pembelajaran Brainstorming memiliki klebihan, yaitu terdapat suatu tahap identifikasi kebutuhan, sumber, dan kemungkinan hambatan dalam pembelajara. Dalam pelaksanannya setiap siswa dengan penerapan metode ini dapat lebih terdorong motivasinya untuk mengikuti pelajaran, sehingga pelajaranpun dirasakan menjadi lebih bermakna. Untuk mengatasi kelemahan yang ada dalam penerapan metode ini, diperlukan suatu keterampilan dari guru dalam hal bertanya ataupun mengelola kelas agar kegiatan lebih dapat dirasakan maksimal. Dalam penelitian ini, misalnya dilakukan dengan penampilan media semaksimal mungkin agar pendapat yang ada tidaklah jauh menyimpang dari fokus masalah yang disajikan.
2.3    Kekurangan Metode Brainstorming Dalam Pembelajaran Sejarah
Pelajaran sejarah umumnya penting dikuasai oleh siswa karena pelajaran sejarah mempelajari tentang kehidupan manusia, masyarakat, bangsa dan negara di masa lalu, sehingga hal ini akan memberikan kesadaran dan kecintaan siswa sesuai dengan nilai-nilai yang didapatkan dalam pembelajaran sejarah. Salah satu makna yang dapat dibangun dalam pembelajaran sejarah adalah mengusahakan agar siswa mampu memetik makna-makna dari berbagai peristiwa masa lalu yang berguba untuk kepentingan masa depannya.
Tujuan ideal dari pembelajaran sejarah adalah agar peserta didik mampu memahami sejarah, memiliki kesadaran sejarah serta memiliki wawasan yang bermuara pada kearifan sejarah (Ismaun, 2001:105). Mengenai tujuan pembelajaran sejarah adalah agar siswa diharapkan agar mampu berpikir kritis yang dapat digunakan untuk mengkaji dan memanfaatkan pengetahuan sejarah, keterampilan sejarah dan nilai suatu peristiwa sejarah dalam membina kehidupan memerlukan banyak keputusan kritis, serta terampil dalam memahami berbagai peristiwa social, politik, ekonomi dan budaya yang terjadi di sekitarnya. Disamping itu, kemampuan mengidentifikasikan nilai-nilai yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah, kemampuan menyaring nilai-nilai yang terkandung dalam setiap peristiwa sejarah, kemampuan menyaring nilai-nilai yang ada, memilih dan mengembangkan nilai positif dan menarik pelajaran dari nilai negatif, serta meniru keteladanan dari pelaku sejarah (Hassan, 2008:8).
Berdasarakan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa di satu sisi sejarah itu disadari sangat penting sebagai wahana aktualisasi diri bagi individu dan masyarakat negara dan bangsa agar tidak kehilangan identitasnya, namun disisi lain disadari juga bahwa pelajaran sejarah di sekolah sebagai wahana sosialisasi diri agar tetap memiliki cirri kepribadian nasional, tidak menarik dan membosankan. Ruang lingkup yang ada dalam sejarah sangat luas, banyak peristiwa yang terjadi yang didalamnya mengandung makna yang berguna bagi kehidupan. Sejarah dalam pembelajaran bagi siswa sangat penting untuk perkembangan aspek kognitif, psikomotor dan afektif. Dengan ruang lingkup sejarah yang luas mulai dari kehidupan awal manusia baik di Indonesia maupun dunia, hal ini menuntut siswa mampu menciptakan imajinasi yang tinggi untuk berusaha mampu menggambarkan dan merasakan kehidupan di masa yang dahulu agar materi bisa lebih bermakna. Oleh karena itu dalam pembelajaran sejarah diperlukan kreatifitas guru untuk menciptakan suatu metode tertentu dalam pembelajarnnya, agar dapat menarik perhatian siswa, dalam hal ini siswa tidak merasa bosan dalam mengikuti matapelajaran sejarah.
Berkaitan dengan tujuan pembelajaran sejarah seperti yang diungkapkan diatas, kemampuan berpikir kritis siswa dalam pembelajaran sejarah dapat dimaksimalkan dengan menggunakan alternatif pembelajaran dengan menggunakan metode brainstorming. Metode ini dapat menciptakan pembelajaran yang bemakna karena seluruh siswa dapat memahami pelajaran sejarah dan merasakan pelajaran yang lebih bermakna. Makna pembelajaran ini didapatkan dari gagasan-gagasan yang dituntut muncul dari siswa dalam pelaksananaan pembelajaran di kelas. Dalam pembelajaran siswa harus berusaha untuk mencari gagasan-gagasan baru yang mendorong keterampilan berpikir kritis dan daya kreatifitas menurut daya imajinasi mereka.
Metode Brainstorming bertujuan untuk menguras habis segala seuatu yang dipikirkan oleh siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan guru kepadanya serta untuk memperoleh berbagai kemungkinan pemecahan dari suatu masalah. Namun, kekurangan dari metode ini antara lain yaitu Peserta didik cenderung beranggapan bahwa semua pendapatnya akan diterima serta guru juga dirasa kurang dalam memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir dengan baik. Misalnya saja, guru mengemukakan masalah kepada para kelompok dan anggota kelompok diminta untuk mengemukakan ide pemecahannya misalnya, berkaitan dengan materi peradaban kuno di Eropa (Yunani dan Romawi). Malalui metode Brainstorming, seluruh siswa dapat memberikan gagasan yang dipikirkannya mengenai bagaimana perbandingan peradaban Yunani dan Romawi kuno. Gagasan ditulis di papan tulis atau di kertas lebar atau lembar pendapat, tidak seorangpun diperbolehkan mengomentari atau mengkritiknya. Setelah selesai ditulis saran itu dikaji oleh kelompok tersebut. Pendapat yang muncul tentunya akan beragam, maka siswa dapat memaknai bagaimana masyarakat Yunani dan Romawi kuno itu mengembangkan peradabannya, sehingga menghasilkan sesuatu yang bermakna yang dapat berguna bagi kehidupannya, hingga dapat dirasakan manfaatnya sampai saat ini. Selain itu jika menggunakan metode ini dalam proses pembelajaran sejarah terkadang pembicaraan hanya dimonopoli oleh anak yang pandai saja, serta peserta didik yang kurang perhatian dan kurang berani mengemukakan pendapat akan selalu ketinggalan dan cenderung pasif.
Sejalan dengan proses Brainstorming yang telah dipaparkan sebelumnya, maka proses Brainstorming dalam pembelajaran sejarah adalah sebagai berikut :
C
B
A
 





Keterangan :
1. Pengetahuan siswa mengenai materi peradaban kuno di Eropa yaitu peradaban Yunani dan Romawi kuno.
2. Berbagai gagasan yang muncul dari siswa setelah melalui proses diskusi dan kolaborasi dengan anggota kelompok.
3. Kesimpulan dan makna yang muncul setelah penilaian gagasan dari peradaban kuno yang ada di Eropa dan perbandingan di dalamnya.





























BAB III
PENUTUP
3.1    Kesimpulan
Metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran partisipatif dapat digolongkan ke dalam tiga kategori, diantaranya adalah metode pembelajaran perorangan (individual methods), metode pembelajaran kelompok (group methods), dan metode pembelajaran massal (community methods), dan metode brainstorming merupakan salah satu contoh  metode dalam  pembelajaran partisipasif. Metode Brainstorming sendiri adalah suatu metode atau mengajar yang dilaksanakan oleh guru di dalam kelas. Ialah dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru, kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula sebagai satiu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam waktu yang singkat.
Dalam pelaksanaan metode ini tugas guru adalah memberikan masalah yang mampu merangsang pikiran siswa, sehingga mereka bisa menanggapi, dan guru tidak boleh mengomantari bahwa pendapat siswa itu benar atau salah. Sedangkan peran siswa dalam metode brainstorming ini adalah bertugas memiliki bekal pengetahuan untuk menanggapi masalah, mengemukakan pendapat, bertanya, atau mengemukakan masalah baru melalui proses imajinasi yang dimilikinya. Mereka belajar dan melatih merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik, sehingga mereka bisa memperoleh suatu kesimpulan yang tepat setelah pembelajaran.
Metode Brainstorming mempunyai kelebihan antara lain untuk menguras habis segala seuatu yang dipikirkan oleh siswa dalam menanggapi masalah yang dilontarkan guru kepadanya serta untuk memperoleh berbagai kemungkinan pemecahan dari suatu masalah. Namun, kekurangan dari metode ini antara lain yaitu Peserta didik cenderung beranggapan bahwa semua pendapatnya akan diterima serta guru juga dirasa kurang dalam memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir dengan baik.
DAFTAR RUJUKAN
Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Sudjana, D. 2001. Metode & Metode Pembelajaran Partisipatif. Bandung: Falah Production.
Universitas Pendidikan Indonesia.2007. Metode Brainstorming untuk Pembelajaran Sejarah,(online),http.//repository.upi.edu/operator/upload/s_sej_033515_chapter2.pdf/ /,diakses 7 Oktober 2011.


3 komentar:

  1. thnaks yaeh. bermanfaat sekali nih artikelnya. !!
    kalau bisa mohon jangan dihapus nih postingannya yah !! :)

    BalasHapus
  2. thanks you for your information.. its benefit for all,...

    BalasHapus
  3. thanks you for your information.. its benefit for all,...

    BalasHapus